Minggu, 13 Desember 2009

Semeru


Konon pada jaman dahulu kala para dewa menghendaki adanya tempat peristirahatan yang nyaman.sebagai tempat abadi bagi mereka, maka diutuslah Bima dari kahyangan untuk mencari dan membuat tempat tersebut.

Bima pun turun ke Bumi dan sampailah ia di ujung pulau jawa ditempat yang maha luas, indah dan tentram. dahulu masyarakat sekitar menyebutnya daerah tengger. maka bima pun melemparkan garda besarnya.maka tumbuhlah sebuah gundukan tanah yang besar yang kemudian menyerupai sebuah puncak yang tinggi, kemudian di kenal dengan nama Mahameru ( Maha = Puncak ) dan ( meru= Abadi ). sehingga lebih dikenal dengan nama Mahameru atau puncak abadi.yang berdiri kokoh diatas pegunungan semeru.

G.semeru adalah gunung tertinggi yang ada di P.Jawa, ketinggiannya mencapai 3.627 M dpl. sehingga menjadi tantangan tersendiri bagi para petualang untuk menaklukannya.

Perjalanan dimulai dari Ranupani, jam menunjukkan tepat pukul 05.00, matahari masih sembunyi diperaduannya ketika kami keluar dari penginapan ranupani ini. perjalanan awal adalah Ranukumbolo yaitu sebuah danau yang luasnya beberapa hektar yang di yakini oleh masyarakat sekitar memiliki keunikan dan kesan mistis tersendiri. perjalanan menuju kesana memiliki kontur jalan tang cukup terjal dan mendaki, ya karena kami memilih jalur lama yaitu ayak2 yang lebih cepat, namun memiliki tingkat kesulitan yang lebih tinggi.

jalan yang kami lalui berkelok2 dan membelah perbukitan semeru, 1 jam pertama daerah yang kami lalui masih berupa ladang penduduk dan beberapa tanah garapan yang masih kosong atau belum ditanami.

namun selepas medan tersebut jalanan mulai menanjak dan terasa berat, ini dikarenakan punggung bukit yang kami lalui mulai menyempit dan curam sehingga cukup memakan tenaga.namun dengan bekal tenaga kami yang masih segar pagi ini akhirnya kamipun tiba dikawasan ranukumbolo yang merupakan posko pertama dari jalur pendakian ini.

ada beberapa tenda yang berdiri disini, satu team dari jakarta dan beberapa lainnya dari daerah jawa tengah. dan sebuah rombongan besar dari turis asing yang sedang berkunjung ke semeru ini.

setelah beristirahat sejenak kamipun kembali melanjutkan perjalanan untuk menuju kawasan kalimati yang terletak beberapa jam lagi dari tempat ini.daerah pertama yang kami lalui adalah oro-oro ombo, yaitu sabana yang memiliki ketinggian rumput mencapai hampir 1,5 M. sehingga cukup sulit untuk melewati lokasi ini, apalagi ditengah teriknya matahari.

setelah beberapa saat melewati daerah tersebut kami pun tiba disebuah hutan yang cukup lebat, namun tidah terlalu rapat kami biasa menyebutnya cemoro kandang. medan disini sudah mulai menanjak dan mulai menyempit. hal ini berlanjut hingga daerah kalimati atau 3 jam dari oro2 ombo.

kalimati adalah sebuah daratan yang luas yang memungkinkan para pendaki memiliki lokasi untuk mendirikan tenda dan beristirahat sebelum menuju puncak.disini juga terdapat sebuah sumber mata air yang cukup jernih yang bisa digunakan untuk memasak.

terdapat juga sebuah selter kecil yang cukup terlindung berupa sebuah rumah kecil terbuat dari kayu. tempat ini juga biasa digunakan sebagai tempat beristirahat bagi para pendaki yang menghindari udara dingin di arcopodo sana.

mengingat lokasi ini dipenuhi oleh para turis asing yang mendirikan kemah disini kamipun mengurungkan niat untuk mendirikan tenda disini. melihat jam masih menunjukkan pukul 14.30 dan dengan pertimbangan kami mampu menembus hingga arcopodo sana.segera kami bergegas melanjutkan perjalanan. medan yang kami lalui adalah medan terberat dari G.Semeru, kawasan arcopodo adalah perbukitan tinggi yang merupakan lokasi adau tempat terakhir yang harus kami capai sebelum mendaki puncak mahameru. tercepat menaklukan daerah ini adalah dalam waktu 2 jam. medan yang terjal, mendaki serta debu yang beterbangan cukup menyulitkan kami untuk melalui lokasi ini.lokasi ini tidak sebagus kalimati, tanah datar untuk mendirikan tenda cukup sulit ditemukan tempat ini.

jam menunjukan 16.55 ketika sebuah tempat datar yang kami rasa strategis menunggu kami didepan. tidak terlalu jauh dari mahameru dan cukup terlindung dari angin. kamipun bergegas mendirikan tenda mangingat matahari sudah mulai tenggelam dan badan ini sudah cukup lelah menahan beban yang kami bawa dari ranupani sana.

ditempat yang tinggi ini hambatan terbesar kami adalah udara dingin yang sangat menggigit, disamping angin yang cukup kencang maka setelah menyantap makan malam kami pun bergegas menuju peraduan untuk kemudian melanjutkan perjalanan dinihari esok.

Bunyi gemerisik membangunkan tidur kami malam ini, ternyata beberapa orang sedang melewati tenda kami, ternyata mereka adalah para pendaki yang sedang menuju puncak.

jam menunjukkan pukul 02.00 dan kamipun bergegas untuk bergabung dengan teman2 lain untuk menuju puncak, diperlukan waktu 4 jam untuk mencapai puncak mahameru ini. medan yang berpasir sangat menyulitkan perjalanan ini. dikarenakan setiap 2 langkah kami akan melorot selangkah sehingga sangat memakan tenaga dan waktu. terlebih udara dingin yang sangat menggigit ini.

banyak rekan2 ditengah jalan urung melanjtkan perjalanan, melihat kondisi mereka dapat dipastikan fisik mereka sudah kelelahan dan tidak mampu lagi manahan dinginnya udara dingin pagi ini. termometer menunjukkan - 5 derajat celcius. serasa menggigit tulang memang.

tepat pukul 08.00 ketika kaki ini menginjak puncak, sebuah bendera merah putih dan nisan milik gie menunggu kami ditengah sana. dan beberapa rekan sedang sujud syukur sedang beberapa lainnya terlihat menangis haru, ya sebuah keajaiban rasanya dapt menjejakkan kaki dipuncak di tertinggi pulau jawa ini, seperti sebuah mimpi.

rasa lelah dan dahaga seperti hilang tak berbekas melihat keindahan yang ada ditempat ini. didepan G.Bromo berdiri dengan gagahnya dan pegunungan semeru lebar membentang, ditambah letusan dari kawah yang begitu cantik terhampar dihadapan kami.

pendakian kami memang berakhir disinu, namun perjalanan belum selesai jalan menuju pulang sama beresikonya dengan kami berangat ini dapat dibuktikan dengan hampir 4o pendaki yang tewas justru disaat mereka turun. beberapa nisan di cemoro tunggal menggugah kami bahwa tak ada yang tak mungkin terjadi disini, sekecil apapun kesalahan dapat menjadi kematian. dan kami berharap dapat terhindar dari itu.

" Para pendaki gunung memang seperti berhadapan,bertetangga serta menantang maut yang merupakan resiko dari olahraga ini. namun karena resiko itulah mereka menjalani kegiatan ini, karena tanpa resiko tersebut maka sensani sebuah petualangan tidak akan didapat."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar